Minggu, 13 Juli 2014

Kenangan di Bulan Puasa - Bagian 2

Ramadhan yang membawa  kemeriahan….

Dimalam pertama Ramadhan, hampir semua orang, tua muda, kakek nenek, laki dan perempuan akan berduyun2 pergi ke surau/langgar  atau masjid untuk melaksanakan ibadah sholat taraweh. Biasanya mereka datang ke masjid sebelum sholat Isya karena setelah sholat Isya berjamaah akan ada pengumuman resmi mengenai dimulainya bulan suci Ramadhan oleh pihak yang berwenang yang menjelaskan apakah bulan puasa jadi dimulai esok hari atau tidak. Kalau besok jadi mulai puasa, baru setelah itu sholat Taraweh dilaksanakan.

Di kota ku yang dulu terkenal sebagai kota pelajar, sebetulnya terdapat beberapa Mesjid yang cukup besar. Cuma aku tidak hapal semua nya. Yang aku tahu, ada satu yang berlokasi di Jalan Mayor Ruslan, dekat rumah tinggal kami dan yang satu nya di dekat pasar atau yang sering disebut Mesjid Muhammadyah. Kami biasanya sholat di Mesjid Jami’ yang berlokasi di Jalan Mayor Ruslan tersebut.

Sambil bercerita di sepanjang perjalanan, para jamaah akan memenuhi lorong-lorong, gang-gang serta jalan raya menuju Mesjid untuk sholat. Anak2 pun tidak ketinggalan. Anak yang biasanya rewel sehari2, menjadi riang karena dapat melihat keramaian dan bertemu dengan teman2 nya yang lain. Suasana yang riang gembira ini akan terlihat disemua penjuru kota.

Biasanya taraweh malam pertama ini akan sangat ramai. Hampir semua Mesjid akan penuh sesak sehingga tidak jarang jamaah harus berimpit2an. Panggilan bilal untuk mulai Sholat atau ditengah2 sholat Taraweh akan dibalas dengan lantang oleh jamaah. Diluar Masjid biasanya ada anak2 yang main mercon dan kembang api. Oh..ya… Waktu itu mercon masih dijual bebas. Ini membuat suasana bulan puasa menjadi lebih ramai lagi..

Menjelang sahur, banyak kelompok anak2 dan orang tua yang keliling kampong membangunkan orang  untuk makan sahur. Biasanya kelompok ini terdiri dari 3 sampai 7 orang, atau bahkan lebih. Mereka membawa benda2 yang bisa dipukul dan bisa  mengeluarkan bunyi2an. Ada yang membawa gendang, panci, botol atau apapun yang bisa mengeluarkan bunyi. Mereka akan memainkan alat2 tersebut sehingga mengeluarkan irama tertentu yang enak di dengar telinga sambil berteriak..Sahur… Sahur….

Pagi dan siang hari di awal2 puasa, biasanya anak2 akan terlihat lesu karena kondisi badan masih melakukan penyesuaian.  Selama ini kita bisa makan dan minum di sepanjang hari, sekarang tentu tidak boleh lagi karena sudah mulai berpuasa…
Biasanya setelah sholat Dhuhur kita akan tidur siang, dan baru bangun untuk sholat Asyar dan seterusnya menunggu waktu buka puasa. Ibu2 sudah mulai sibuk menyiapkan menu berbuka puasa. Kadang2 ada menu berbuka nya kolak pisang, dan di waktu yang lain ada juga menu buka puasa nya yang berupa roti ko’ing.

Oh..ya.. mungkin tidak banyak yang tahu dengan roti ko’ing ini. Ini adalah sejenis roti yang ukurannya lebih kurang sebesar bola pingpong (tenis meja). Kalau dimakan begitu saja, agak susah karena roti ini cukup keras dan rasanya tawar. Biasanya roti ini di rendam dalam air hangat yang diberi gula sehingga menjadi lembut dan manis. Dan setelah itu baru masukkan es batu… wuih… jangan dibayangkan, nanti bisa batal puasanya….  Aku yakin roti sejenis ini ada juga di daerah lain, cuma namanya mungkin berbeda. Karena kulkas masih belum tersedia, dan masih menjadi barang mewah sekali saat itu, jadi kita selalu membeli es batu di toko “Husni” yang terletak di dekat pasar mambo.Biasanya kalau kita beli seharga Rp. 15 atau Rp. 25 es batu nya sudah cukup besar. Cukuplah untuk berbuka kami sekeluarga.

Menjelang waktu berbuka puasa, jalan2 juga ramai dipenuhi oleh orang2 yang mencari makanan untuk berbuka serta orang2 yang sengaja jalan2 untuk menghabiskan waktu menjelang buka puasa. Istilahnya sekarang Ngabuburit… waktu masuk berbuka puasa ditandai oleh bunyi sirene dari PJKA. Jika sudah terdengar bunyi sirene itu, anak2 akan lari terbirit2 pulang ke rumah masing2 untuk berbuka puasa.

Kami merasa beruntung karena di kota ku itu ada bengkel PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) yang sangat besar untuk merawat kereta api yang beroperasi di wilayah Sumatera Bagian Selatan. Menurut informasi yang kami ketahui dimasa kecil, bengkel PJKA ini yang terbesar kedua setelah bengkel mereka di Madiun. Sirene yang dibunyikan oleh petugas PJKA selain untuk berbuka, digunakan juga untuk tanda waktu Imsyak. Di hari2 biasa diluar bulan Ramadhan, sirene ini juga sebagai tanda anak2 masuk sekolah. Pokok nya sangat banyak manfaat nya.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar